Genji
Si Gajah Penolong
"Genjiii!
Ayo ke luar kamar, ini hari Minggu waktu bersenang-senang dengan
teman-temanmu!"
Aku
paling malas kalau mama menyuruhku bermain. Tubuhku yang besar selalu jadi
penghalang saat bermain bersama kawan-kawan. Kadang ada yang terinjak kakinya
lah, ada yang hanya kena angin saat aku lari langsung roboh lah, hmmm akhirnya
aku malas bermain, karena di mana-mana tidak ada anak gajah yang punya tubuh
kecil, tubuhku selalu paling besar diantara para anak hewan yang mungil-mungil.
Dan puncaknya saat Simo si semut hampir terinjak saat kami bermain petak umpet,
sejak saat itu Simo tak pernah menegurku lagi, padahal aku sudah mintaa maaf
dan mengatakan jika aku tak sengaja.
"Aku
malas Ma, badanku yang besar ini tak bisa bermain-main dengan teman-teman yang
bertubuh kecil, Minggu lalu aku hampir saja menginjak Simo, sejak itu dia tak
pernah menegurku lagi padahal awalnya kami kan bersahabat."
"Waduh
kapan kejadiannya, masa sih sampe gitu?"
"Iya
Ma dan sejak itu dia ngga mau bertegur sapa denganku." Wajah Genji
terlihat sedih.
"Kamu
sudah minta maaf kan?"
"Sudah
tapi Simo tetap tak mau berteman lagi denganku."
Mama
Genji tersenyum, ia berusaha agar Genji tetap mau ke luar rumah dan menikmati
masa kanak-kanak dengan riang.
"Teman
Genji yang lain masih banyak kan? Coba main sama mereka ada Bendi si Badak yang
juga sebesar kamu kan?"
"Iya
sih tapi kan tetap lebih tinggi aku."
"Udah
sana main, mama yakin mereka sudah menunggu kamu."
"Genjiii!
Genjiii!" Terdengar panggilan dari luar rumah Genji.
"Tuh
apa mama bilang, udah sana main, nanti jangan lupa lekas pulang kalau sudah
agak siang, karena sekarang siang dikit aja pasti hujan."
"Baik
Ma." Dan Genji bergegas ke luar rumah menemui teman-temannya yang
mengajaknya bermain di lapangan seperti biasa.
Di
lapangan sudah ada Bendi si Badak, Jojo si Jerapah, Tiko si Tikus, dan
teman-teman yang lain sudah bermain terlebih dahulu. Genji langsung bergabung,
mereka bermain macam-macam permainan, ada yang bermain petak umpet dan gobak
sodor.
Baru
saja bermain awan tiba-tiba saja mendung, tapi Genji dan teman-temannya tak
mempedulikan mereka tetap bermain dengan riang gembira sampai hujan benar-benar
turun. Dodo si Singa mengingatkan mereka.
"Hei
ini kita tidak mau berhenti bermain? Nanti mama kita mencari kita loh ya."
"Nggak
Do, justru lebih asik main ya pas hujan-hujan gini." Genji berkata dengan
bersemangat.
"Iya
sih tapi ini deras banget."
"Justru
ini asik kita bisa hujan-hujanan."
Dan
benar saja hujan turun semakin deras dan lapangan menjadi becek, tubuh mereka
telah sangat kotor hingga tak lama air menggenang di mana-mana.
"Udah
teman-teman ayo kita pulang kasihan mama-mama kita pasti udah khawatir."
Lagi-lagi Dodo mengingatkan. Akhirnya mereka bubar dan berlarian menuju rumah
masing-masing begitu juga dengan Genji.
Saat
melewati sebuah genangan yang agak besar tiba-tiba saja ia mendengar
suara-suara minta tolong dan ia melihat gerombolan semut yang berusaha
menyelamatkan diri di dalam sebuah daun besar yang terombang-ambing.
Genji
cepat mendekati genangan itu dan menyodorkan kaki besarnya.
"Cepat
naik, ayo naik, sebelum air semakin tinggi!"
Gerombolan
semut itu akhirnya naik ke tubuh Genji dan Genji segera mencari tempat yang
aman. Dan gerombolan semut itu semuanya turun dari badan Genji, ternyata
diantara gerombolan semut itu ada Simo dan keluarganya.
"Terima
kasih Genji, akhirnya kami semua selamat, kalau tidak ada kamu entah bagaimana
nasib kami." Mama Simo berkata setelah ia merasa aman dan tidak terjebak genangan
lagi. "Mungkin bagi Genji itu hanya genangan tapi bagi kami itu sebuah
sungai besar, tadi kami maunya pindah rumah karena rumah kami di pohon dekat
lapangan itu ada yang menebang tapi hujan tiba-tiba datang dan kami hampir saja
mati."
"Sama-sama,
kalau begitu Genji akan pulang karena mama pasti mencari Genji."
Genji
berbalik namun terdengar suara Simo.
"Terima
kasih Genji."
Genji
berbalik lagi, ia tersenyum dan mengangguk.
"Besok
kita main lagi ya kalau tidak hujan."
Lagi-lagi
Genji mengangguk. Lalu bergegas pulang. Sesampainya di rumah Genji, langsung
bercerita pada mamanya meski awalnya ia di marahi karena tidak cepat pulang.
"Aku
masih nolong keluarganya Simo Ma, kan hampir hanyut tadi di genangan air."
"Ah
iya kah?"
"Iya
ada Simo dan keluarganya juga, dan kami sudah baikan, Simo sudah ngajak aku
bermain lagi kalau tidak hujan."
"Senang
mama mendengarnya Genji, nah ada gunanya kan kamu ke luar rumah hari ini?"
"Iya
tapi tadi Mama sempat marah."
"Ya
mana mama tahu kalau kamu masih menolong keluarga Simo, udah sana mandi badan
kamu kotor semua."
"Baik
Mama Sayang, makasih sudah maksa Genji ke luar rumah hari ini, dan jadi Genji
si Gajah penolong."
"Diiih."
Dan
Genji mencium pipi mamanya.
"Ih
kotooor! Sudah sana mandi!"
Dan
Genji tertawa menuju kamar mandi. Genji menjadi lega karena ia dan Simo sudah
berteman lagi.
Great
BalasHapus