Sastra
dan Kearifan Jiwa
(Sebuah
kajian pemahaman sastra dalam upaya mendekatkan literasi sastra bagi siswa SMP
Negeri 1 Sumenep)
Oleh:
Indrawahyuni
Literasi adalah istilah umum yang
merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca,
menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian
tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak
bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Dalam bahasa Latin, istilah
literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang
belajar. Selanjutnya, National Institute for Literacy menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca,
menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian
yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat (Wikipedia).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa literasi mempunyai cakupan yang luas, tidak hanya membaca dan
menulis tapi juga berbicara, menghitung bahkan memecahkan masalah, dengan melihat
cakupan tersebut berliterasi sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
karena tanpa kita sadari kita telah berliterasi sejak lama.
Dalam upaya lebih meningkatkan
kepekaan dan kearifan jiwa, sastra merupakan salah satu alternatif literasi
yang bisa dijadikan pilihan bacaan oleh siswa mengingat sejak pembelajaran
dilaksanakan secara PJJ ada nilai-nilai kesantunan dan kearifan jiwa yang mulai
luntur, hal ini terjadi karena jam mengajar selama PJJ yang berkurang hingga
para pengajar lebih fokus pada materi, kalaupun para pengajar menyertakan tapi
tidak leluasa seperti saat tatap muka, selain itu selama PJJ siswa lebih sering
berkomunikasi lewat gawai yang seolah menjadikan mereka sebagi jiwa-jiwa yang
kaku sehingga melupakan nikmatnya berinterkasi secara langsung dengan individu
yang lain.
Dalam karya sastra ada nilai-nilai
yang bisa dijadikan bahan renungan dan diimplementasikan dalam kehidupan.
Contohnya dalam cerpen, puisi dan drama tapi pada praktiknya cerpen dan puisi
yang lebih bisa menggugah perasaan siswa. Mengutip pendapat Dr. Tengsoe
Tjahjono dalam wall komunitas Pentigraf Indonesia, bahwa sastra didalamnya
berbagi cinta, empati dan solidaritas, menulis adalah kerja kemanusiaan.
Artinya dalam karya sastra bisa membuat penikmatnya menjadi lebih arif, lebih
bisa mengimplementasikan empati serta kesantunan hingga disarankan pada guru
pengajar agar lebih mengefektifkan pembelajaran sastra tidak hanya sekadar
syarat agar materi selesai. Dalam sastra kita bisa belajar banyak hal,
kesabaran saat proses belajar sastra, ketekunan saat proses kreatif hingga
menghasilkan karya yang layak untuk dinikmati hingga penikmat sastra bisa
mengambil manfaat dari karya yang telah dihasilkan. Dalam pusi Hujan Bulan Juni
karya Sapardi Djoko Damono kita diajak sabar dan menghargai/menyukuri hal-hal
yang kecil, dalam puisi Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar kita bentangkan
pada kenyataan menyakitkan dan diajak untuk bersabar saat cinta tak bisa
diraih,
Sastra bukan hal yang sulit jika
kita mengakrabinya dalam pembelajaran. Dalam sastra kita bisa mengambil banyak
manfaat hingga bisa kita jabarkan dalam kehidupan karena dengan bersastra kita
bisa menemukan sekaligus membagikan nilai-nilai moral, kebajikan, keelokan dan
kebenaran. Salam seni budaya.
Komentar
Posting Komentar